Gambar Sampul Sosiologi · Bab 3 Mobilitas Sosial
Sosiologi · Bab 3 Mobilitas Sosial
VinaDwiLaning

24/08/2021 10:47:58

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Mobilitas Sosial

51

Saya akan menggali informasi tentang

pengertian dan jenis-jenis mobilitas

sosial melalui telaah pustaka.

Saya juga akan mengkaji dan meng-

ungkapkan dampak mobilitas sosial.

Pada akhirnya, saya mampu menemu-

kan hubungan antara struktur sosial

dan mobilitas sosial.

Di dalam masyarakat terdapat ting-

katan-tingkatan sosial tertentu yang

dinamakan pelapisan atau strata.

Setiap orang berkesempatan untuk

melakukan perpindahan dari strata

satu ke strata yang lain. Hal ini dinama-

kan mobilitas sosial. Kali ini, saya ingin

mempelajari hubungan antara struktur

sosial dengan mobilitas sosial dalam

masyarakat.

Saya akan mengamati proses terjadi-

nya mobilitas sosial dalam masya-

rakat.

SOSIOLOGI Kelas XI

52

Urbanisasi melejit dan lapangan kerja menyempit, inilah kondisi Kota

Jakarta saat ini. Lantas, apa yang akan terjadi? Lihatlah fenomena pada

peristiwa di atas! Para pendatang dari desa menunggu pekerjaan di

bawah jembatan. Mereka berharap akan sukses dan jaya di kota impian

itu. Dengan begitu, sepulang dari Jakarta mereka bisa menaklukkan

hati gadis pujaannya serta membahagiakan sanak saudaranya. Namun,

kenyataan tidak seindah harapan. Sebagian dari mereka memang ada

yang berhasil. Namun, sebagian yang lain harus menelan kenyataan

pahit. Ya, apa pun hasilnya, mereka telah melakukan mobilitas sosial.

Sumber:

Kompas, 11 November 2006

Para pendatang dari desa menunggu pekerjaan di bawah jembatan layang di kota besar.

Mobilitas Sosial

53

mobilitas sosial, mobilitas

horizontal, mobilitas vertikal,

mobilitas antargenerasi,

konflik, penyesuaian, konflik

antarkelas sosial, konflik

antarkelompok sosial, konflik

antargenerasi, struktur pe-

kerjaan, angka kelahiran

A. Pengertian Mobilitas Sosial

Di dalam bahasa Indonesia, mobilitas berarti gerak

(KBBI : 2001). Oleh karena itu, mobilitas sosial (

social

mobility

) adalah suatu gerak dalam struktur sosial (

social

structure

). Dengan kata lain, mobilitas sosial dapat diarti-

kan sebagai gerak perpindahan dari suatu status sosial ke

status sosial yang lain. Oleh karena itu, mobilitas sosial

disebut juga sebagai

proses perpindahan sosial

atau

gerak

sosial

.

Setiap gerak cenderung menimbulkan perubahan, baik

itu perubahan posisi maupun peralihan fungsi. Contoh

seorang guru yang naik jabatan menjadi kepala sekolah.

Maka terjadi perubahan jenjang kepegawaian sekaligus

perubahan tugas. Demikian pula, seorang karyawan yang

semula mendapat gaji bulanan Rp500.000,00 kemudian

pindah pekerjaan karena tawaran gaji yang lebih tinggi.

Proses tadi tidak saja terbatas pada individu-individu saja,

akan tetapi juga pada kelompok-kelompok sosial. Dengan

kata lain, perubahan dalam mobilitas sosial ini meliputi

hubungan antarindividu dalam kelompok atau antara individu dan

kelompok. Untuk dapat lebih memahami mengenai jenis-jenis, proses

dan dampak mobilitas sosial, perhatikanlah materi-materi berikut ini.

Sumber:

www.lmvlg.be

Gambar 3.1

Mobilitas sosial merupakan gerak per-

pindahan seseorang dari satu tempat ke

tempat lain atau dari suatu strata ke strata

lain.

Pada deskripsi di atas telah dijelaskan mengenai pengertian mobilitas sosial.

Untuk menambah pengetahuan dan wawasanmu akan materi ini, cobalah

gali informasi sebanyak-banyaknya tentang mobilitas sosial. Manfaatkan

buku-buku perpustakaan dan berita-berita di media massa untuk

mengerjakan tugas ini. Tulislah hasilnya dalam bentuk tulisan yang menarik

dengan gaya bahasamu sendiri namun mudah dipahami orang lain.

Selanjutnya bacakan di depan kelas.

Bentuk:

• Horizontal

•Vertikal

• Antargenerasi

Mobilitas Sosial

Proses mobilitas

sosial:

• Kebudayaan

• Kehormatan

• Kekuasaan

• Pendidikan

Dampak

• Konflik sosial

• Penyesuaian

SOSIOLOGI Kelas XI

54

B. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial

Sebagaimana diutarakan pada bab sebelumnya bahwa suatu

masyarakat tersusun atas beberapa lapisan sosial. Lapisan-lapisan

ini muncul dikarenakan adanya ”sesuatu yang dihargai”. Dalam hal

ini ”sesuatu yang dihargai” berupa uang, tanah, kekuasaan, ilmu

pengetahuan, keturunan, dan lain-lain. Menurut Pitirim A. Sorokin,

lapisan sosial merupakan ciri tetap dan umum dalam setiap masya-

rakat yang hidup teratur.

Secara teoretis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan

tetapi, dalam kenyataannya terdapat kelompok-kelompok sosial yang

berlaku universal dan menjadi bagian dari sistem sosial. Lapisan

sosial tersebut dapat bersifat tertutup (

closed social stratification

)

maupun terbuka (

open social stratification

). Stratifikasi sosial

tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu

lapisan ke lapisan sosial yang lain. Sebaliknya, dalam sistem yang

terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan berusaha

dengan kecakapan sendiri untuk naik ke lapisan lain yang lebih tinggi,

atau sebaliknya jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawah. Lapisan

sosial terbuka inilah yang memungkinkan terjadinya proses mobilitas

sosial dalam masyarakat. Secara prinsipiil, terdapat tiga jenis

mobilitas sosial, yaitu:

1. Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas sosial horizontal diartikan sebagai suatu peralihan individu

atau objek-objek sosial lain dari kelompok sosial satu ke kelompok

sosial lain yang masih sederajat. Adanya gerak sosial horizontal, tidak

menyebabkan terjadinya perubahan dalam derajat kedudukan sese-

orang ataupun suatu objek sosial. Misalnya, seseorang yang beralih

kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sifatnya sederajat (dari tukang

kayu menjadi tukang batu atau dari pengusaha tekstil menjadi

pengusaha batik), melakukan transmigrasi, dan lain-lain. Dengan

gejala sosial seperti itu, meskipun berpindah tempat atau beralih

pekerjaan, kedudukan seseorang tetap setara dengan kedudukan se-

belumnya.

Sistem stratifikasi terbuka

memberikan peluang besar

bagi seseorang untuk me-

lakukan mobilitas sosial.

Mengapa demikian?

Sumber:

www.pasuruan.go.id

Sumber:

www.pikiran rakyat.com

Gambar 3.2

Seseorang yang berpindah profesi dari tukang kayu menjadi pekerja bangunan.

dianggap telah melakukan proses mobilitas sosial horizontal.

Mobilitas Sosial

55

2. Mobilitas Sosial Vertikal

Berbeda dengan mobilitas sosial horizontal, mobilitas sosial vertikal

merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari satu

kedudukan ke kedudukan lain yang sifatnya tidak sederajat. Dalam

sosiologi dikenal dua bentuk mobilitas sosial berdasarkan arahnya,

yaitu

social climbing

dan

social sinking

.

a.

Social Climbing

(Mobilitas Sosial Vertikal Naik)

Mobilitas ini berlangsung manakala terjadi peningkatan keduduk-

an sosial seseorang dalam masyarakat. Contoh hampir dua puluh

tahun Pak Joko bekerja di sebuah perusahaan sepatu. Oleh karena

prestasi dan hasil kerja yang bagus, Pak Joko diangkat menjadi

kepala bagian. Mobilitas vertikal naik mempunyai dua bentuk

utama, yaitu:

1) Masuknya orang-orang berstatus sosial rendah ke dalam

lapisan sosial yang lebih tinggi. Misalnya, seorang pegawai

biasa dinaikkan kedudukannya untuk mengisi jabatan manajer

yang kosong.

2) Terbentuknya suatu lapisan sosial baru yang lebih tinggi.

Misalnya, sejumlah tukang becak sepakat membentuk suatu

perkumpulan dan mereka menunjuk salah satu rekan mereka

untuk menjadi ketua.

b.

Social Sinking

(Mobilitas Sosial Vertikal Menurun)

Berbeda dengan gerak sosial vertikal naik, gerak sosial vertikal

menurun ini berlangsung manakala terjadi perpindahan

kedudukan sosial seseorang atau kelompok masyarakat dari

lapisan sosial tinggi ke lapisan sosial yang lebih rendah. Contoh,

Pak Heru adalah seorang kepala sekolah di salah satu sekolah

menengah umum di daerahnya. Oleh karena melakukan kesalahan,

maka jabatan Pak Heru diturunkan menjadi guru biasa. Mobilitas

vertikal menurun mempunyai dua bentuk utama, yaitu:

1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang derajatnya

lebih rendah, misalnya seorang juragan tekstil mendadak

menjadi pengangguran karena pabrik tekstil yang telah

dimilikinya bertahun-tahun hangus terbakar.

2) Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial

atas. Misalnya, perkembangan yang semakin maju menjadikan

gelar bangsawan seseorang tidak dipergunakan sebagai salah

satu kriteria dalam strata sosial.

Sistem mobilitas sosial vertikal yang bersifat terbuka,

memungkinkan seseorang untuk mencapai kedudukan sosial

tertentu dalam masyarakat. Hal ini tergantung pada usaha dan

kemampuan individu yang bersangkutan. Memang benar apabila

ada anggapan bahwa anak seorang pengusaha memiliki peluang

yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang karyawan

biasa. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup

kemungkinan bagi anak karyawan tersebut untuk memperoleh

kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan semula.

Beberapa prinsip gerak sosial

vertikal menurut Pitirim A.

Sorokin:

a. Setiap masyarakat me-

ngandung unsur gerak

sosial vertikal.

b. Adanya hambatan-ham-

batan untuk melakukan

mobilitas sosial vertikal.

c. Setiap masyarakat me-

miliki ciri-ciri yang khas

dalam mengatur gerak

sosial vertikal.

d. Laju gerak sosial di-

sebabkan oleh faktor

ekonomi, politik, dan

sejenis pekerjaan.

SOSIOLOGI Kelas XI

56

Bahkan, sifat terbuka dalam lapisan sosial dapat mendorong

dirinya untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih

terpandang dalam masyarakat.

Saluran Mobilitas Sosial Vertikal

Menurut Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial vertikal memiliki saluran-saluran

dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal ini disebut

social

circulation

. Berikut ini saluran-saluran terpenting dari mobilitas sosial.

a. Angkatan Bersenjata

Peranan angkatan bersenjata sangat penting dalam masyarakat dengan

sistem militerisme. Jasa seorang prajurit akan dihargai tinggi oleh

masyarakat, tanpa memerhatikan status atau kedudukannya semula.

Sering melalui karier dalam kemiliteran, seorang prajurit dapat

memperoleh kekuasaan dan wewenang yang lebih besar.

b. Lembaga-Lembaga Keagamaan

Setiap ajaran agama menganggap bahwa manusia mempunyai

kedudukan yang sederajat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemuka-

pemuka agama bekerja keras untuk menaikkan kedudukan orang-orang

dari lapisan rendah dalam masyarakat. Selain itu, pemuka agama akan

semakin dihormati oleh masyarakat, apabila ia mampu membimbing

umatnya dengan baik.

c. Lembaga-Lembaga Pendidikan

Sekolah merupakan saluran konkret dari gerak sosial vertikal. Bahkan,

sekolah dapat dianggap sebagai

social elevator

yang mengantarkan

seseorang untuk bergerak dari kedudukan rendah menuju kedudukan

yang lebih tinggi.

d. Organisasi Politik

Suatu organisasi politik seperti partai politik dapat memberikan peluang

besar bagi anggota-anggotanya untuk naik dalam tangga kedudukan

yang lebih tinggi, terutama pada saat berlangsungnya pemilihan umum.

Agar seseorang terpilih dalam pemilu, ia harus membuktikan

kemampuannya terlebih dahulu. Dalam hal ini, organisasi politik menjadi

salah satu saluran pembuktian kemampuan diri.

e. Organisasi Ekonomi

Organisasi ekonomi memegang peranan penting sebagai saluran gerak

sosial vertikal. Pada umumnya, seseorang dengan penghasilan tinggi

akan menduduki lapisan sosial yang tinggi pula. Bahkan, faktor

ekonomi sering menjadi simbol status bagi kedudukan seseorang

dalam masyarakat.

Sumber:

www.dinososjatim.go.id

Gambar 3.3

Dalam batas-batas tertentu mobilitas sosial bersifat terbuka, tidak menutup kemungkinan

bagi naik atau turunnya status sosial masyarakat.

Sumber:

www.inconpln.net

Mobilitas Sosial

57

f. Organisasi Keahlian

Yang dimaksud dengan organisasi keahlian antara lain himpunan

sarjana ilmu pengetahuan sosial, Ikatan Dokter Indonesia (IDI),

persatuan para pelukis, dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini dapat

menjadi wadah bagi individu-individu yang tergabung di dalamnya untuk

mendapatkan nama, sehingga dianggap menduduki lapisan atas dalam

masyarakat.

3. Mobilitas Sosial Antargenerasi

Mobilitas sosial antargenerasi ditandai oleh per-

kembangan atau peningkatan taraf hidup dalam suatu garis

keturunan. Mobilitas seperti ini bukan menunjuk pada

perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan kenaikan

kedudukan (status sosial) dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Dengan kata lain, mobilitas sosial antargenerasi

yaitu perpindahan kedudukan seseorang/anggota masya-

rakat yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Contoh:

generasi orang tua (ayah ibu) dengan generasi anak.

Mobilitas antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu mobilitas sosial intergenerasi dan mobilitas

intragenerasi.

a. Mobilitas Sosial Intergenerasi

Mobilitas sosial intergenerasi adalah perpindahan kedudukan

sosial yang terjadi di antara beberapa generasi dalam satu garis

keturunan. Mobilitas ini dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas

sosial intergenerasi naik dan mobilitas sosial intergenerasi turun.

Perhatikan skema di bawah ini!

Dari skema di atas dapat dilihat adanya perubahan status

dalam satu generasi. Pada gambar 3.5 terlihat adanya kenaikan

kedudukan dari generasi nenek sampai generasi anak. Dalam

sosiologi dinamakan mobilitas intergenerasi. Namun, berbeda

pada skema 3.6, terlihat adanya penurunan kedudukan dalam satu

generasi. Mobilitas ini dinamakan mobilitas sosial intergenerasi

menurun.

 

 

 





 

 



 ! 



Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.5

Skema mobilitas sosial inter-

generasi naik.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.6

Skema mobilitas sosial inter-

generasi turun.

 

  

 



 

 

" 





Sumber:

www2.mw.nl

Gambar 3.4

Mobilitas sosial antargenerasi berlangsung

pada satu garis keturunan.

SOSIOLOGI Kelas XI

58

b. Mobilitas Sosial Intragenerasi

Mobilitas sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan

sosial seseorang atau anggota masyarakat yang terjadi dalam satu

generasi yang sama. Mobilitas intragenerasi terbagi menjadi dua

bentuk umum, yaitu mobilitas intragenerasi naik dan intragene-

rasi turun.

Mobilitas intragenerasi naik terjadi manakala dalam satu

generasi yang sama terjadi kenaikan status sosial. Misalnya,

seorang petani memiliki tiga orang anak yang memiliki pekerjaan

sebagai berikut. Anak ke-1 bekerja sebagai petani, anak ke-2 bekerja

sebagai pedagang, sedangkan anak ke-3 bekerja sebagai wira-

usahawan yang sukses. Karena tingkat ekonominya lebih baik,

maka anak ke-3 tersebut mampu memberi modal kepada kedua

kakaknya untuk membuka usaha tertentu. Mereka berdua akhirnya

mampu meningkatkan taraf kehidupan masing-masing. Untuk

lebih jelasnya, perhatikan skema di bawah ini!

Mobilitas intragenerasi turun, apabila dalam satu generasi

yang sama terjadi penurunan status sosial. Contoh, seorang dokter

memiliki dua orang anak. Anak pertama bekerja sebagai seorang

kontraktor yang berhasil di kota besar, sedangkan adiknya hanya-

lah seorang pedagang kain di pasar tradisional. Pada suatu hari

kios adiknya mengalami kebakaran, hasil dagangannya ludes

terbakar. Saat itu sang adik benar-benar terpuruk. Kakaknya ber-

usaha membantu memulihkan keadaan ekonomi adiknya dengan

menggunakan uang perusahaan. Alhasil, usaha sang kakak menjadi

bangkrut dan dililit utang. Lantas, kedua bersaudara itu ber-

sepakat membuka usaha dagang dari awal. Berdasarkan peristiwa

ini, terlihat adanya penurunan status atau kedudukan dalam satu

generasi.

Mobilitas sosial intragenerasi

adalah perpindahan keduduk-

an sosial seseorang atau

anggota masyarakat yang

terjadi dalam satu generasi.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.7

Skema mobilitas intragenerasi naik.



  



  

  #$

  

  #%

 ! 

  #&

'  (   

Pada deskripsi di depan telah diungkapkan secara jelas tentang

berbagai jenis dan bentuk mobilitas sosial. Sekarang, cobalah bandingkan

bentuk-bentuk mobilitas sosial yang ada berdasarkan aspek-aspek yang

telah ditentukan. Kemudian isi pada contoh tabel berikut ini.

Mobilitas Sosial

59

No. Bahan Perba

ndingan M

obilitas Sosial Horizontal

M

obilitas Sosial Vertikal

1. Proses terjadinya

. . . .

. . . .

2. Sifat mobilitas

. . . .

. . . .

3. Akibat yang ditimbulkan . . . .

. . . .

4. Contoh kasus

. . . .

. . . .

C. Proses Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial merupakan fenomena umum yang sering terjadi

dalam kehidupan sosial masyarakat. Melalui mobilitas inilah keadaan

masyarakat menjadi semakin dinamis dan bukan statis. Perpindahan

mampu memberikan dorongan masyarakat untuk terus maju mencapai

suatu tingkatan yang dikehendaki. Terjadinya suatu gerak sosial bukan

merupakan sebuah fakta yang begitu saja, namun membutuhkan

proses yang cukup lama. Selain itu, terjadinya gerak sosial di-

pengaruhi oleh beberapa faktor pendorong yang tentunya mampu

membawa individu ke suatu perpindahan. Lantas, bagaimana proses

terjadinya mobilitas sosial?

1. Proses Terjadinya Mobilitas Sosial

Terjadinya mobilitas sosial berkaitan erat dengan hal-hal yang

dianggap berharga di masyarakat. Oleh karena itu, kepemilikan atas

hal-hal tersebut akan menjadikan seseorang menempati posisi atau

kedudukan yang lebih tinggi. Akibatnya, dalam masyarakat terdapat

penggolongan yang mempengaruhi struktur sosial. Hal-hal tersebut

antara lain kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan

(Soerjono Soekanto : 1987).

a. Kekayaan

Barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, maka orang

tersebut akan termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan dapat

dilihat dari bentuk rumah, kendaraan pribadi, cara berpakaian,

dan lain-lain.

b. Kehormatan

Ukuran kehormatan, mungkin terlepas dari ukuran

kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani

dan dihormati akan mendapat tempat yang teratas.

Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat

tradisional. Pada umumnya, mereka terdiri atas

golongan tua atau pernah berjasa besar kepada masya-

rakat.

c. Kekuasaan

Barang siapa memiliki kekuasaan dan wewenang ter-

besar, maka ia akan menempati lapisan yang tertinggi.

Dengan menyelesaikan aktivitas ini, berarti kalian telah mampu

membedakan setiap jenis dan bentuk mobilitas sosial.

Sumber:

Kompas.com

Gambar 3.8

Karena kekuasaannya, seorang koman-

dan pasukan menempati lapisan tinggi.

SOSIOLOGI Kelas XI

60

d. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran dalam

pelapisan sosial oleh masyarakat yang menghargai

ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut

kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat

yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu

pengetahuan yang kemudian dijadikan ukuran, akan

tetapi gelar kesarjanaanlah yang dijadikan ukuran. Hal

ini mengakibatkan muncul usaha-usaha untuk men-

dapatkan gelar meskipun dengan cara yang tidak halal.

Hal-hal tersebut yang menjadikan pelapisan sosial

muncul dalam masyarakat. Sebagai contohnya, dalam ma-

syarakat yang menghargai kekayaan material, maka semakin

banyak kekayaan material yang dimilikinya semakin

membuat seseorang menempati posisi yang tinggi.

Dalam setiap lapisan masyarakat terdapat hak-hak dan kewajiban

yang harus dilakukan. Oleh karena itu, setiap masyarakat harus

menempatkan individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur

sosial dan mengharuskan mereka untuk melakukan apa yang menjadi

kewajibannya. Individu bersedia melaksanakan kewajiban sesuai

dengan posisinya, maka masyarakat memberikan balas jasa yang

berupa pangkat dan kedudukan. Ketika individu melakukan

kewajibannya, secara langsung individu tersebut mendapat hak-hak

yang biasanya akan mempermudah kehidupannya.

Hak-hak dan kewajiban individu dalam suatu masyarakat

tergantung pada penempatan individu itu dalam pelapisan

masyarakat. Semakin tinggi kedudukan sosial seseorang dalam

pelapisan masyarakat, maka hak-hak yang diperolehnya semakin

mempermudah kehidupannya. Contoh, anggota DPR, dengan

menduduki jabatan tersebut individu akan memperoleh hak-hak

tertentu yang akan mempermudah kehidupannya.

Oleh karena itu, banyak orang berlomba-lomba mencapai

posisi teratas. Namun demikian, untuk mencapai keduduk-

an sosial tertinggi dibutuhkan kemampuan dan juga kerja

keras. Tidak banyak individu yang dapat memenuhi syarat.

Bahkan hanya segolongan kecil dalam masyarakat. Oleh

sebab itu, pada umumnya jumlah warga lapisan atas (

upper

class

) tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan

lapisan menengah (

middle class

) dan lapisan bawah (

lower

class

). Lapisan sosial tersebut terlihat dalam skema di samping.

Pada umumnya, golongan yang berada dalam lapisan

atas, dianggap memiliki kedudukan tinggi yang bersifat

kumulatif

. Artinya mereka yang memiliki banyak harta akan

mudah memperoleh kekuasaan atau kehormatan.

Sumber:

www.likmi.ac.id

Gambar 3.9

Gelar kesarjanaan menjadi ukuran pelapis-

an sosial dalam masyarakat yang meng-

hargai ilmu pengetahuan.

)"" *

+ !! *

,( *

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.10

Skema lapisan sosial dalam masya-

rakat.

Pendidikan dan Mobilitas Sosial

Pendidikan dipercaya menjadi salah satu faktor yang akan mempercepat

terjadinya mobilitas sosial. Fungsi pendidikan sebagai sebuah proses

penyeleksian untuk menempatkan orang pada masyarakat sesuai dengan

Mobilitas Sosial

61

kemampuan dan keahlian. Pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan

mobilitas sosial karena di dalam mobilitas sosial yang terpenting adalah

kemampuan dan keahlian seseorang.

Pendidikan hanya akan menempatkan seseorang sesuai dengan potensi

dan keahlian yang ia miliki dan karenanya seorang anak buruh misalnya

mungkin saja memegang jabatan penting di sebuah perusahaan sekiranya

ia memiliki latar belakang pendidikan yang memang sesuai.

Akan tetapi, pendidikan dapat mempercepat proses mobilitas sosial

dalam sebuah masyarakat, tentulah harus ada beberapa prasyarat yang

memadai. Prasyarat yang pertama adalah adanya kesempatan yang sama

bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan itu sendiri. Kesempatan

yang sama itu tidaklah semata tercantum dalam aspek legal atau hukum

belaka, melainkan diwujudkan menjadi sebuah tindakan afirmatif (

affirma-

tive action

). Yang dimaksud dengan

affirmative action

yaitu segala tindakan

yang bertujuan membantu kelompok-kelompok yang minoritas secara

ekonomi, ras, agama, gender, atau kelompok penyandang cacat agar

mendapat kesempatan yang sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial,

hukum, kesehatan, dan pendidikan. Prasyarat kedua agar pendidikan dapat

mempercepat mobilitas sosial adalah meratanya mutu pendidikan antara

daerah perkotaan dan daerah pedesaan, antara sekolah swasta dan sekolah

negeri.

Menjamurnya sekolah-sekolah swasta plus barangkali merupakan

sebuah fenomena yang cukup menarik. Ibarat pisau bermata dua, di satu

sisi hadirnya sekolah swasta tersebut menawarkan pendidikan alternatif

bagi sebagian masyarakat kita. Di sisi lain, biaya pendidikan yang harus

dibayar masyarakat untuk menikmati pendidikan di sekolah swasta tersebut

tidaklah sedikit, jika tidak dikatakan sangat tinggi. Akibatnya, hanya

masyarakat dari kelompok menengah ke atas yang dapat menikmati

pendidikan alternatif tersebut sehingga alih-alih mempercepat mobilitas

sosial, dengan situasi seperti ini pendidikan justru berpeluang untuk

memperlebar jurang perbedaan antara kelompok-kelompok masyarakat.

Ketika kedua prasyarat di atas tersebut dipenuhi, barulah pendidikan

memiliki peluang untuk mempercepat proses mobilitas sosial di sebuah

negara. Meskipun demikian, beberapa penelitian di bidang sosiologi

pendidikan menunjukkan bahwa hubungan antara pendidikan dan mobilitas

sosial tidaklah terlalu signifikan.

Sumber:

www.pikiran-rakyat.com

Dalam mobilitas sosial vertikal dimungkinkan adanya penurunan atau

kenaikan status seseorang dari status tinggi ke status yang lebih rendah

atau sebaliknya. Oleh karena itu, adanya mobilitas sosial mampu

mempengaruhi struktur sosial masyarakat. Untuk mengetahui hubungan

antara struktur sosial dengan masyarakat, cobalah lakukan tiga tugas

berikut.

a. Secara individu lakukanlah pengamatan visual baik di suatu tayangan

televisi atau di lingkungan sekitar untuk menemukan proses mobilitas

sosial dan dampaknya bagi struktur sosial setempat. Tulislah hasilnya

dalam bentuk portofolio.

b. Bersama kelompok yang telah dibentuk, diskusikan fakta-fakta dan

data yang ditemukan dari hasil pengamatan visual dari masing-masing

anggota.

SOSIOLOGI Kelas XI

62

c. Dalam diskusi tersebut, tentukan bagaimanakah hubungan antara

struktur sosial dengan mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat.

Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan diskusi. Selanjutnya bacakan

di depan kelas!

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.11

Keterampilan/keahlian dalam diri individu

mampu mendorongnya melakukan mobi-

litas sosial.

2.

Faktor Pendorong, Penghambat, dan yang

Mempengaruhi Mobilitas Sosial

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa terjadinya mobilitas sosial

didorong oleh situasi dan kondisi lingkungan setempat. Secara umum

situasi yang dapat mendorong terjadinya mobilitas sosial antara lain:

a. Struktur Sosial

Struktur sosial yang ada mendorong seseorang untuk melakukan

mobilitas sosial. Dalam hal ini berarti perpindahan status sosial

dapat terjadi apabila status sosial tinggi yang dituju memang benar

ada, masih menyediakan ruang untuk diisi dan mudah memper-

olehnya. Misalnya, sekelompok buruh tidak dapat menjadi

karyawan pabrik, karena pabrik yang dituju tidak membuka

lowongan pekerjaan atau seseorang pengamen tidak sanggup meng-

angkat status sosialnya menjadi sarjana, karena tidak memiliki

ijazah SMA.

b. Individu

Tidak semua orang mampu meningkatkan status

sosialnya, walaupun suatu status sosial tinggi telah

tersedia. Orang dari status sosial rendah tidak dapat

secara otomatis menempati status sosial tinggi ter-

sebut. Misalnya, seseorang mengadu nasib ke Jakarta

untuk berjuang memperoleh pekerjaan. Di Jakarta

tersedia berbagai macam kesempatan kerja. Akankah

orang tersebut dapat menempati peluang kerja yang

tersedia? Belum tentu! Hal tersebut sangat bergantung

pada kecakapan, keterampilan, dan kemampuan orang

tersebut. Penentu inilah yang dinamakan faktor

individu. Dilihat dari pengaruhnya, faktor individu

ini ternyata lebih menentukan dibandingkan faktor

struktur. Semakin tinggi kemampuan individu,

semakin besar kesempatannya untuk meningkatkan

status sosialnya.

Selain itu, dalam proses mobilitas sosial terdapat faktor yang

mempengaruhi serta menghambat terjadinya mobilitas sosial dalam

masyarakat. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor-faktor yang menghambat mobilitas sosial, yaitu:

1) Kebudayaan

Kebudayaan dalam suatu masyarakat mampu menjadi peng-

hambat terjadinya mobilitas sosial. Kebudayaan yang di-

maksud adalah kebudayaan yang bersifat tradisional. Lain

halnya dengan masyarakat modern. Dalam masyarakat modern

justru memberikan peluang terjadinya mobilitas sosial sebagai

akibat kemajuan teknologi, komunikasi, dan transportasi.

Mobilitas Sosial

63

2) Lingkungan Asal

Keterbukaan lingkungan asal akan mempercepat terjadinya

mobilitas sosial. Namun sebaliknya, apabila di lingkungan asal

bersifat tertutup maka akan memperlambat mobilitas sosial.

3) Tradisi

Dalam suatu masyarakat tentunya memiliki tradisi masing-

masing. Di mana tradisi ini digunakan sebagai patokan-

patokan atau pedoman dalam bertingkah laku. Jika dalam

tradisi masyarakat masih menganut paham-paham kolot besar

kemungkinan mobilitas tidak terjadi.

4) Ekonomi

Dalam hal ini keadaan ekonomi yang serbakekurangan akan

sulit untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan kedudukan

yang dimasukinya.

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mobilitas sosial, yaitu:

1) Status Sosial

Status sosial tidak terlepas dari pembawaan yang dimiliki

oleh orang tuanya. Oleh karena itu, apabila seorang anak tidak

merasa puas dengan kedudukan orang tuanya, ia dapat

berusaha untuk meraih kedudukan yang lebih tinggi daripada

orang tuanya.

2) Keadaan Ekonomi

Mobilitas sosial geografis sering terjadi apabila

sumber daya alam di daerah padat penduduk

sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan untuk

hidup. Sehingga penduduk cenderung mencari

lahan subur di daerah lain melalui migrasi/per-

pindahan antarwilayah.

3) Situasi Politik

Apabila situasi politik suatu wilayah negara tidak

menjamin terhadap keamanan penduduk, mobili-

tas sosial akan terjadi, mereka akan berpindah men-

cari daerah yang aman.

4) Motif-Motif Keagamaan

Adanya kelompok-kelompok yang menekan

terhadap umat beragama lainnya mengakibatkan

kelompok-kelompok yang merasa tertekan tersebut

memilih untuk mengadakan mobilitas sosial.

5) Masalah Kependudukan

Semakin sempitnya lahan permukiman men-

dorong orang untuk mencari tempat-tempat atau

wilayah yang masih memungkinkan untuk ber-

mukim.

6) Keinginan Melihat Daerah Lain

Muncul gagasan untuk melihat daerah lain menim-

bulkan ide terjadinya mobilitas secara geografis.

Selain itu juga memungkinkan terjadinya per-

pindahan masyarakat dari suatu laporan sosial ke

laporan sosial yang lain dengan cara alih potensi

dengan membandingkan besarnya pendapatan atau

gaji yang lebih besar.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.12

Keadaan ekonomi yang pas-pasan

mempengaruhi seseorang melakukan

mobilitas sosial.

Sumber:

www.arrakeen.ch

Gambar 3.13

Keinginan melihat daerah lain salah satu

faktor mempengaruhi mobilitas sosial.

SOSIOLOGI Kelas XI

64

Pada deskripsi di depan telah diungkapkan secara jelas tentang proses

terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat. Nah, tugasmu sekarang

cobalah membedakan mobilitas sosial masyarakat kota dengan desa. Untuk

mengerjakan tugas ini, lakukan pengamatan sederhana di desa dan di

kota.Temukan mobilitas sosial yang terjadi, kemudian bandingkan satu sama

lain. Dengan begitu, kamu dapat membedakan mobilitas sosial masyarakat

kota dan desa. Tulislah hasilnya dalam bentuk uraian dan presentasikan di

depan kelas.

D. Dampak Mobilitas Sosial

Tidak dapat dimungkiri adanya mobilitas sosial mendorong

timbulnya perubahan posisi atau kedudukan sosial seseorang dalam

masyarakat. Situasi ini tentunya membawa pengaruh tersendiri

terhadap sistem pelapisan yang ada. Segala bentuk perubahan

menimbulkan dampak bagi masyarakat. Begitu juga dalam proses

mobilitas sosial. Jika perubahan kedudukan atau posisi seseorang

dapat diterima oleh masyarakat maka akan tercipta kerja sama. Namun,

keadaan menjadi berbeda apabila perubahan status atau kedudukan

ditolak dan tidak diakui oleh masyarakat. Secara garis besar, dampak

dari mobilitas terbagi menjadi dua bentuk umum, yaitu konflik dan

penyesuaian.

1. Terjadinya Konflik Sosial

Sebagaimana telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa

konflik merupakan salah satu fenomena sosial yang sering terjadi

dalam kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan yang ada mampu

menjadi pemicu munculnya konflik. Dalam mobilitas sosial konflik

cenderung dikarenakan adanya benturan berbagai nilai beserta

kepentingan-kepentingan tertentu. Benturan ini terjadi karena

masyarakat belum siap untuk menerima sebuah perubahan. Sebagian

masyarakat ingin mengubah aturan-aturan dan nilai untuk mendapat-

kan pengakuan akan status baru yang dimilikinya. Namun, sebagian

lagi menolak dan berusaha mempertahankan nilai dan aturan yang

sudah ada. Perbedaan ini memicu sebuah konflik di masyarakat.

Masing-masing pihak cenderung mempertahankan kepentingan dan

saling menggagalkan kepentingan masyarakat lain.

Secara umum konflik yang muncul berupa konflik antarkelas

sosial, konflik antarkelompok sosial, dan konflik antargenerasi.

a. Konflik Antarkelas

Pada bab sebelumnya telah diungkapkan bahwa dalam

masyarakat terdapat kelas-kelas sosial. Dalam setiap kelas sosial

memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda. Semakin tinggi

kelas sosial seseorang maka semakin mudah seseorang mengakses

sesuatu. Sebaliknya, semakin rendah status sosialnya maka

Jika perubahan kedudukan

atau posisi seseorang dapat

diterima oleh masyarakat

akan tercipta kerja sama.

Namun, apa yang akan ter-

jadi jika perubahan keduduk-

an ditolak oleh masyarakat?

Mobilitas Sosial

65

semakin sulit seseorang mendapatkan sesuatu. Situasi ini

mendorong munculnya kecemburuan sosial yang akhirnya timbul

rasa iri, tidak puas, dan lain-lain.

Dalam mobilitas sosial, konflik antarkelas sosial tampak

apabila ada seseorang yang masuk ke dalam kelas sosial tertentu,

namun mendapatkan penolakan terhadap masyarakat sekitar.

Konflik ini dapat terwujud melalui tiga bentuk utama. Pertama,

reaksi negatif dari warga lama terhadap warga baru dari kelas

sosial. Misalnya, seorang staf di perusahaan diangkat menjadi

kepala bagian. Kehadirannya menjadi seorang kepala bagian baru

akan sulit diterima oleh para kepala bagian yang lama. Hal ini

dikarenakan para kepala bagian yang lama terbiasa memperlaku-

kannya sebagai staf.

Demikian sebaliknya, seorang kepala bagian, yang diturunkan

jabatannya menjadi staf atau karyawan biasa. Dia akan sulit

menerima kenyataan tersebut, terutama kepada sesama staf yang

selama ini selalu menghormatinya. Bentuk konflik tersebut

merupakan bentuk kedua, di mana terdapat reaksi negatif individu

terhadap perlakuan masyarakat, sehubungan dengan kelas

sosialnya yang baru.

Ketiga, reaksi negatif masyarakat terhadap kelas sosial baru.

Misalnya, pembangunan kompleks apartemen mewah di antara

perkampungan kumuh yang berakibat pada munculnya kesenjang-

an sosial dan kecemburuan sosial sebagai reaksi negatif warga

perkampungan kumuh tersebut.

b. Konflik Antarkelompok Sosial

Perpindahan status atau kedudukan bukan hanya

terjadi pada kelas-kelas sosial dalam masyarakat,

melainkan terjadi pula pada kelompok-kelompok

sosial dalam masyarakat. Mobilitas sosial yang terjadi

pada kelompok-kelompok sosial dapat kita amati dari

adanya persaingan antarkelompok sosial untuk berebut

kekuasaan, misalnya untuk memenangkan pemilihan

umum, suatu partai politik tertentu tidak segan-segan

menekan, menyingkirkan, dan menghantam partai

politik. Konflik antarkelompok dapat juga terjadi akibat

perlakuan dari penguasa terhadap rakyatnya. Contoh,

politik apartheid di Afrika Selatan. Rakyat berkulit

hitam merasa tertindas oleh penguasa kulit putih.

Akibatnya, muncul kerusuhan di berbagai tempat.

Selain itu, konflik antarkelompok sosial dapat dilakukan

sekelompok orang akibat fanatisme. Misalnya, para suporter sepak

bola yang rela berkelahi demi membela timnya.

c. Konflik Antargenerasi

Adanya pergeseran nilai yang disepakati dalam hubungan antara

generasi yang satu dengan generasi yang lain juga dapat

menyebabkan konflik antargenerasi. Konflik ini terjadi manakala

tata hubungan yang selama ini berlaku, tidak diakui lagi atau

bahkan tidak dipersoalkan lagi oleh generasi yang lebih muda.

Generasi muda menghendaki adanya perubahan dalam hal pola

hidup dan budaya. Akan tetapi, generasi tua tetap menganggap

bahwa pola hidup dan budaya mereka selama ini adalah pola

Tiga bentuk utama konflik

antarkelas sosial:

a. Reaksi negatif dari

warga lama terhadap

warga baru dari kelas

sosial.

b. Reaksi negatif individu

terhadap perlakuan

masyarakat sehubung-

an dengan kelas sosial

yang baru.

c. Reaksi negatif kelas

sosial baru.

Sumber:

www.liputan6.com

Gambar 3.14

Perkelahian antarsuporter sepak bola

contoh konflik antarkelompok sosial.

SOSIOLOGI Kelas XI

66

hidup dan budaya yang terbaik. Misalnya, seorang pemuda yang

enggan membungkukkan badan apabila bertemu dengan orang

yang lebih tua, karena menganggap hal tersebut tidak perlu.

Sementara itu generasi tua menganggap bahwa sikap mem-

bungkukkan badan sangat perlu, sebagai tanda penghormatan

terhadap orang lain yang lebih tua.

2. Penyesuaian

Setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan konflik dalam

masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan di depan, konflik yang terjadi

akibat mobilitas sosial mendorong warga masyarakat untuk meng-

adakan penyesuaian terhadap perubahan yang ada. Jika penyesuaian

dapat dilakukan, maka akan terhindar dari konflik yang berkepanjang-

an, keteraturan tercipta, dan masyarakat mendapatkan ketenangan

dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan demikian, konflik mampu

membentuk stabilitas sosial baru. Umumnya penyesuaian terhadap

perubahan sebagai akibat mobilitas sosial berupa perlakuan baru

masyarakat terhadap kelas sosial, kelompok sosial, dan generasi

tertentu, penerimaan individu atau sekelompok warga akan ke-

dudukannya yang baru, pergantian dominasi dalam suatu kelompok

sosial atau masyarakat.

Dampak Mobilitas Sosial pada Individu

Dinamika sosial menggambarkan terjadinya perubahan posisi atau

kedudukan sosial seseorang dalam suatu kelompok. Pasang surut ataupun

keluar masuknya anggota masyarakat yang baru akan menyebabkan

perubahan status/kedudukan sosial bagi seseorang atau kelompok yang

bersangkutan.

Dampak mobilitas sosial tidak hanya dialami oleh suatu kelompok

masyarakat, namun dialami pula oleh suatu individu. Dampak mobilitas

bagi individu ini berupa:

a. Konflik Status

(Status-Conflict)

Seseorang dalam masyarakat pada umumnya memiliki beberapa

kedudukan sekaligus. Di antara beberapa kedudukan itu hanya ada

satu yang menonjol. Biasanya masyarakat hanya melihat pada

kedudukan utama yang menonjol tersebut. Atas dasar itulah, individu

digolongkan dalam kelas-kelas tertentu dalam masyarakat. Seseorang

yang memiliki kedudukan sebagai kepala keluarga, ketua RT, dan

anggota kepolisian, memiliki satu kedudukan yang paling menonjol,

yaitu sebagai anggota kepolisian. Ketika ia harus menangkap anaknya

sendiri karena telah melakukan tindak kejahatan, maka statusnya

sebagai anggota kepolisian mengharuskan ia melakukan kewajiban,

walaupun statusnya sebagai kepala rumah tangga menentangnya. Jadi,

konflik status dalam kehidupan individu ini berupa pertentangan antara

dua status yang saling berbeda dalam diri seseorang, yang disebabkan

adanya kepentingan dari status-status yang saling bertentangan.

b. Konflik Peranan

(Conflict of Roles)

Peranan

(role)

merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan atau

status. Akibat adanya perubahan status, maka peranan pun ikut pula

Mobilitas Sosial

67

berubah sejalan dengan adanya konflik status. Apabila dalam suatu

masyarakat terdapat individu yang tidak mampu menjalankan

peranannya seperti yang diharapkan oleh masyarakat, maka individu

tersebut dapat disebut mengalami konflik peranan. Jadi, konflik peranan

adalah suatu keadaan dalam diri seorang individu yang tidak dapat

melaksanakan tugas sesuai dengan peranan yang disandangnya.

Stratifikasi sosial merupakan realitas sosial yang ada di masyarakat. Hal

inilah yang menyebabkan orang berlomba-lomba untuk mencapai kedudukan

teratas. Banyak usaha dan kerja keras yang telah dilakukan salah satunya

dengan melakukan mobilitas sosial. Di setiap masyarakat di mana pun

berada, mobilitas sosial sering terjadi. Tidak terkecuali di kotamu. Adanya

mobilitas sosial akan menimbulkan dampak bagi lingkungan itu sendiri.

Cobalah amati suatu tayangan visual kehidupan masyarakat suatu kota.

Kaji bagaimana mobilitas sosial yang terjadi serta dampak bagi kehidupan

kota tersebut. Tulislah hasilnya dalam bentuk portofolio tentang dampak

mobilitas sosial. Selanjutnya presentasikan di depan kelas.

Perpindahan individu dari suatu kedudukan ke kedudukan lainnya dalam

masyarakat dinamakan mobilitas sosial. Proses ini membentuk suatu

dinamika kehidupan sosial dalam masyarakat di mana mampu

mempengaruhi sistem struktur sosial yang ada. Oleh karena itu, tidak

mengherankan apabila proses mobilitas sosial memiliki dampak besar bagi

kehidupan masyarakat.

Untuk memahami lebih lanjut materi ini, salin dan lengkapilah beberapa

pengertian di bawah ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan

beragam sumber pustaka.

1. Jenis-jenis proses mobilitas sosial:

a. Mobilitas sosial horizontal.

b. Mobilitas sosial vertikal.

c. Mobilitas sosial . . . .

2. Saluran-saluran dalam mobilitas sosial vertikal:

a. Angkatan bersenjata.

b. Lembaga-lembaga keagamaan.

c. Lembaga-lembaga pendidikan.

d. . . . .

e. . . . .

f. . . . .

3. Faktor pendorong mobilitas sosial:

a. Struktur sosial.

b. . . . .

4. Faktor penghambat mobilitas sosial:

a. Kebudayaan.

b. Lingkungan asal.

c. . . . .

d. . . . .

SOSIOLOGI Kelas XI

68

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial:

a. Status sosial.

b. Keadaan ekonomi.

c. Situasi politik.

d. Motif-motif keagamaan.

e. . . . .

f. . . . .

6. Dampak mobilitas sosial:

a. Konflik antarkelas sosial.

b. Konflik antarkelompok.

c. . . . .

d. . . . .

A.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial!

2. Mengapa lembaga pendidikan dapat disebut sebagai

social

elevator

?

3. Tuliskan tiga contoh gerak sosial vertikal naik!

4. Jelaskan secara singkat proses terbentuknya mobilitas sosial!

5. Jelaskan faktor pendorong terbesar terjadinya mobilitas sosial!

6. Mengapa mobilitas sosial tidak berlaku pada masyarakat

bersistem kasta?

7. Sebutkan saluran-saluran mobilitas sosial menurut Pitirim

A. Sorokin!

8. Jelaskan terjadinya konflik antarkelas status sosial!

9. Bilamana terjadi penyesuaian dalam mobilitas sosial?

10. Jelaskan hubungan antara mobilitas sosial dengan struktur

sosial!

B.

Belajar dari masalah.

1.

Kemiskinan dan Mobilitas Sosial

Menurut Oscar Lewis (antropolog Amerika), kemiskinan

adalah ketidaksanggupan seseorang dalam memenuhi dan

memuaskan keperluan dasar materiilnya. Dengan kata lain,

sumber daya materiil yang ada pada dirinya hanya dapat di-

pakai untuk keperluan konsumsi sehari-hari. Pendapatan yang

diperolehnya hanya cukup untuk hari ini, sementara untuk

kebutuhan hari esok, ia harus mencarinya lagi. Karenanya,

tidak ada dalam kamus orang-orang miskin istilah menabung,

apalagi investasi.

Mobilitas Sosial

69

Kemiskinan terkait langsung dengan kelangkaan, keter-

batasan, dan kekurangan dalam pemilihan dan penguasaan

terhadap harta benda, sehingga tidak memungkinkan dirinya

untuk bisa melakukan mobilitas secara vertikal. Kemiskinan

merupakan sebuah lingkaran setan, misalnya, karena pen-

dapatan kecil, maka seseorang akan kekurangan pangan, tidak

dapat berpakaian layak, dan kondisi papan pun jauh dari

memenuhi syarat sebagai tempat ”berteduh”. Keadaan ini

menyebabkan tingkat produktivitas kerja atau tingkat pen-

didikan rendah. Akibat lanjutannya adalah dengan sendirinya

pendapatan yang diterima pun akan rendah pula.

Lebih fatal lagi bahwa jaringan dan organisasi sosial yang

terbentuk dalam masyarakat miskin ini bukannya mendorong

mereka pada peningkatan status ekonomi, namun malah men-

jerat mereka untuk tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.

Artinya, apa pun yang ada pada masyarakat miskin yang

meliputi kerja sama dan solidaritas yang tumbuh di antara

mereka, selalu berputar-putar di dalam dan menjebak mereka

sendiri untuk tetap hidup dalam batas-batas tertentu, bukan

bergerak untuk berkembang.

Meskipun struktur ekonomi dan politik terlihat cukup

ketat dalam membatasi partisipasi warga masyarakat miskin,

namun ternyata ada juga warga dari masyarakat miskin yang

berkat kerja keras, kemauan besar, dan bersikap menekan

tingkat konsumsinya dapat menerobos hambatan-hambatan

struktural yang ada, hingga dapat melakukan mobilitas vertikal,

meskipun jumlahnya tidak begitu banyak.

Kaji dan analisislah kasus di atas, dengan menjawab pertanya-

an di bawah ini.

a. Bagaimanakah gambaran kemiskinan dalam kasus di atas?

b. Mengapa kemiskinan menjadi penghalang seseorang

untuk melakukan mobilitas sosial vertikal?

c. Adakah peluang masyarakat miskin melakukan mobilitas

vertikal?

d. Menurutmu bagaimanakah caranya bagi masyarakat

miskin melakukan mobilitas vertikal?

2.

Parjo Sang Jutawan

Parjo, seorang pemuda desa yang hanya berbekal ijazah

sekolah dasar bertekad untuk mengadu nasib di kota besar.

Dengan berbekal uang pas-pasan, ia memutuskan untuk

berdagang bakso secara keliling. Tanpa kenal lelah, ia men-

jajakan dagangan keluar masuk kampung, hingga kemudian

ia memiliki langganan tetap. Berkat keuletannya, Parjo berhasil

mengumpulkan sejumlah uang dari hasil jerih payahnya

tersebut.

Uang yang diperolehnya ditabung sedikit demi sedikit,

hingga kemudian ia dapat menyewa tempat dan mendirikan

sebuah warung bakso secara permanen. Pelanggan-pelanggan

tetapnya berdatangan ke warung bakso miliknya, selain enak,

Parjo juga telah dikenal oleh pelanggannya sebagai orang yang

SOSIOLOGI Kelas XI

70

jujur dan baik hati. Setelah sekian lama, warung bakso tersebut

menjadi sangat terkenal. Usaha Parjo pun semakin lama

semakin berkembang, bahkan akhirnya ia memiliki beberapa

orang tenaga kerja dan membuka cabang di lima tempat. Selain

itu, ia mampu membeli rumah dan kendaraan yang digunakan

untuk memantau usahanya. Dalam sekejap, lahirlah seorang

jutawan yang hanya berbekal pendidikan dasar, namun

memiliki semangat bekerja dan keuletan yang luar biasa.

Berdasar contoh kasus tersebut, berdiskusilah dengan

teman sebangkumu dan analisislah hal-hal di bawah ini.

a. Jenis mobilitas apakah yang berlangsung dalam kasus

tersebut? Jelaskan jawabanmu!

b. Apakah faktor dominan penyebab terjadinya mobilitas

sosial tersebut?

c. Hikmah apa yang dapat kamu petik setelah belajar dari

kasus tersebut?

Dirancang atau tidak, stratifikasi sosial merupakan realitas yang ada di

masyarakat. Stratifikasi sosial menggolongkan masyarakat pada lapisan

bawah dan atas berdasarkan kriteria tertentu. Lapisan-lapisan sosial

menggambarkan status dan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Sta-

tus dan kedudukan yang dimiliki seseorang bersifat sementara. Tidak

selamanya seseorang memiliki kedudukan tinggi atau sebaliknya. Ada suatu

masa mereka turun ke strata yang lebih rendah atau naik ke strata yang

lebih tinggi. Kesemua itu tergantung pada diri individu yang bersangkutan.

Melalui materi ini, kita mulai disadarkan bahwa status yang kita miliki

hanyalah bersifat sementara. Untuk itulah perlu perjuangan dalam

mempertahankan dan usaha keras untuk naik ke strata yang lebih tinggi.

Sekaranglah waktunya bagi kita sebagai pelajar untuk naik ke strata yang

lebih tinggi dengan mengenyam pendidikan sebanyak-banyaknya. Karena

pendidikan mampu membawa kita ke strata yang lebih tinggi.

Latihan Ulangan Semester

71

A.

Pilihlah jawaban yang tepat!

1. Perhatikan pernyataan di bawah ini!

1) Hak istimewa dimiliki golongan

terbatas.

2) Kekerabatan berdasarkan warisan

biologis.

3) Memungkinkan terjadinya mobilitas

vertikal.

4) Status sosial individu relatif tidak

berubah.

Yang termasuk ciri struktur masyarakat

feodal kerajaan adalah . . . .

a. 1) dan 2)

b. 1) dan 3)

c. 2) dan 3)

d. 2) dan 4)

e. 3) dan 4)

2. Di bawah ini adalah kriteria yang dapat

dipakai untuk menggolongkan stratifi-

kasi masyarakat,

kecuali

. . . .

a. kekayaan atau ukuran ekonomi

b. kekuasaan atau pengaruh

c. kepribadian atau karakter

d. pengetahuan dan pendidikan

e. kehormatan dan kebangsawanan

3. Pak Haji Hardi tinggal di salah satu desa

yang amat subur. Keluarga Pak Haji Hardi

memiliki tanah yang sangat luas dan

berpengaruh di desanya, sehingga ia

dijuluki tuan tanah, disegani, dihormati

banyak orang. Julukan ini menunjukkan

bahwa kepemilikan tanah berfungsi

sebagai dasar . . . .

a. kesenjangan sosial

b. kecemburuan sosial

c. pelapisan sosial

d. konflik sosial

e. diferensiasi sosial

4. Pelapisan sosial berdasarkan sistem

kasta bersifat tertutup, sebab . . . .

a. sistem kasta hanya dikenal di negara

India

b. kasta diperoleh melalui keturunan

dan berlaku seumur hidup

c. masyarakat Bali sebagian besar

memeluk agama Hindu

d. bentuk perkawinan dalam masya-

rakat Hindu bersifat eksogami

e. sejak India merdeka pelaksanaan

sistem kasta cenderung lunak

5. Stratifikasi sosial masyarakat modern

bersifat terbuka, karena . . . .

a. homogenitasnya tinggi

b. orang-orangnya relatif kaya

c. memiliki pengetahuan yang tinggi

d. mobilitas sosial relatif tinggi

e. tingkat demokratisnya tinggi

6. Gambar di bawah ini menunjukkan

suatu sistem pelapisan sosial berdasar-

kan . . . .

a. kekayaan

b. kepemilikan modal

c. ekonomi

d. sosial

e. pemilikan sarana produksi

7. Pelapisan sosial yang bersifat feodal

dalam kehidupan masyarakat Jawa dapat

dilihat dengan mudah dalam aktivitas

sosial seperti . . . .

a. pembagian kerja yang tegas

b. pembagian warisan/harta pusaka

c. pemakaian bahasa halus dan kasar

d. pelaksanaan adat secara turun-

temurun

e. penyelenggaraan upacara per-

kawinan

$

%

&

$-  

%-  

&-  

SOSIOLOGI Kelas XI

72

8. Pada masa penjajahan Belanda di

Indonesia terjadi pelapisan sosial

berdasarkan faktor . . . .

a. ras

d. kekayaan

b. etnis

e. pendidikan

c. kekuasaan

9. Industrialisasi mendorong munculnya

berbagai lapangan kerja baru. Hal ini

menyebabkan sistem pelapisan sosial

berdasarkan pada faktor . . . .

a. pengalaman kerja

b. jumlah penghasilan

c. jumlah kekayaan

d. mata pencaharian

e. pendidikan tinggi

10. Perwujudan pembagian sosial dalam

diferensiasi sosial adalah . . . .

a. perbedaan ras, agama, klan, suku

bangsa

b. perbedaan agama, keturunan, klan

status

c. perbedaan ras, agama, klan status

d. perbedaan status, peranan, kelas, ras

e. perbedaan golongan, ras, status,

peranan

11. Berikut ini adalah contoh berbagai

bidang pekerjaan.

1) Apoteker

2) Advokat

3) Guru

4) Karyawan perusahaan

Jenis pekerjaan tersebut di atas merupa-

kan diferensiasi horizontal, karena . . . .

a. setiap pekerjaan memiliki ciri dan

penanganan yang tidak sama

b. pekerjaan adalah hasil cipta, rasa,

dan karya manusia

c. setiap jenis pekerjaan pada prinsip-

nya sama hasilnya

d. setiap pekerjaan dibutuhkan oleh

semua orang

e. semua masyarakat menilai jenis

pekerjaan di atas adalah sama

12. Perbedaan penghasilan, pendidikan, dan

keterampilan dapat dijadikan petunjuk

adanya diferensiasi sosial atas dasar . . . .

a. ras

d. kesukuan

b. umur

e.

jenis kelamin

c. profesi

13. Penggolongan masyarakat ke dalam

kelompok tertentu, seperti pedagang,

pegawai, nelayan, pengusaha, pengrajin,

dan pejabat pemerintah merupakan

diferensiasi sosial berdasarkan . . . .

a. peranan

d. ras

b. suku

e. profesi

c. agama

14. Perhatikan daftar berikut!

No. Etnis Pekerjaan

Tempat

Tinggal

1.

Jawa

Tani

Medan

2.

Banjar

Wiraswasta

Medan

3.

Batak

Pegawai

M

edan

Konsolidasi sosial terjadi antara individu

nomor 1 dan 2 dengan parameter . . . .

a. suku bangsa dan pekerjaan

b. suku bangsa dan kota

c. pekerjaan dan kota

d. tani dan wiraswasta

e. wiraswasta dan pegawai

15. Dua individu yang berbeda suku bekerja

di pabrik sepatu yang sama. Hubungan

keduanya dapat erat karena terjadi

interseksi atas dasar . . . .

a. pekerjaan dan nasib

b. etnis dan profesi

c. suku bangsa dan kota

d. kota asal dan etnis

e. profesi dan status sosial

16.

Sebuah kampung dihuni penduduk yang

memeluk agama yang berbeda. Namun,

setiap tahun sehabis salat Idul Fitri

diadakan syawalan bersama dan saling

memaafkan.

Fenomena di atas menunjukkan adanya

interseksi antara . . . .

a. ras dengan agama yang berbeda

b. agama dengan tempat tinggal

c. suku bangsa dengan politik

d. politik dengan profesi

e. profesi dengan ras

17. Konflik sosial yang terjadi dapat di-

sebabkan oleh adanya perbedaan . . . .

a. kepentingan

b. lapisan sosial

c. kedudukan dan peranan

d. kepercayaan/agama

e. penghasilan/pendapatan

Latihan Ulangan Semester

73

18. Penyebab utama terjadinya konflik di

lingkungan perusahaan adalah . . . .

a. perbedaan kebiasaan antarkelompok

b. perbedaan tingkah laku setiap indi-

vidu

c. benturan kepentingan sosial, politik,

dan ekonomi

d. perbedaan pola pikir dan adat

e. kesenjangan pendapatan antar-

individu

19.

Ketika terjadi konflik antara kelompok

masyarakat yang dipicu oleh masalah

penggunaan lahan pertanian di suatu

tempat, masalah tersebut diselesaikan di

pengadilan berdasarkan hukum yang

berlaku.

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan

bahwa masyarakat menganggap . . . .

a. kekuasaan dan wewenang ada di

tangan penguasa

b. terdapat hubungan yang selaras

antara nilai dan norma

c. terdapat hubungan yang harmonis

antara hukum dan kekuasaan

d. ada pandangan bahwa tanah selalu

menimbulkan masalah

e. semua persoalan harus diselesaikan

di pengadilan

20.

Ali adalah anak seorang jaksa. Pada suatu

hari Ali terlibat penganiayaan terhadap

temannya sendiri yang berakibat fatal,

sehingga orang tuanya menuntut secara

hukum di pengadilan. Kebetulan jaksa

penuntut umumnya adalah ayah Ali

sendiri.

Menghadapi hal yang demikian, maka

ayah Ali menghadapi konflik . . . .

a. antarpribadi

b. antarkelompok

c. profesi

d. pribadi

e. kelompok

21. Dua kelompok geng terlibat tawuran

massal setelah dipicu oleh keributan

persoalan lahan kerja keamanan tempat-

tempat hiburan. Konflik tersebut dipicu

oleh . . . .

a. tempat hiburan sangat rawan dengan

perkelahian

b. dendam pribadi

c. adanya bentrokan kepentingan

d. sudah menjadi kebiasaan geng untuk

saling menyerang

e. para pengikut geng adalah orang-

orang yang tidak mengindahkan

norma

22. Masyarakat majemuk sangat rentan

terhadap konflik sosial, terutama masya-

rakat majemuk dengan ciri-ciri adanya

. . . .

a. fragmentasi sosial

b. kompetisi seimbang

c. minoritas dominan

d. mayoritas dominan

e. kompetisi tidak seimbang

23. Yang tidak termasuk ke dalam ciri-ciri

mobilitas sosial adalah . . . .

a. turunnya kedudukan seseorang ke

kedudukan yang lebih rendah

b. setiap warga negara memiliki hak

dan kewajiban yang sama

c. seluruh siswa SMA di wilayah

timur memiliki fasilitas belajar yang

sama

d. setiap warga negara Indonesia ber-

hak mendapat pelayanan pendidik-

an yang sama dan merata

e. bangsa Indonesia adalah bangsa yang

sangat diferensiasi dalam segala hal

24. Perhatikan beberapa saluran mobilitas

sosial vertikal berikut ini.

1) Alih profesi dari pegawai menjadi

pedagang.

2) Rotasi kepala sekolah dari SMA N 5

ke SMA N 1.

3) Seluruh siswa kelas tiga sosial SMA

Belawan diterima di beberapa

perguruan tinggi negeri dan swasta.

4) Pak Hadi seorang guru sosiologi dari

SMA Bangka pindah menjadi guru

sosiologi di SMA Belitung.

5) Seorang menteri dari satu negara

menjadi anggota salah satu partai.

Di antara pernyataan di atas yang ter-

golong ke dalam mobilitas vertikal

adalah . . . .

a. 1) dan 2)

b. 1) dan 3)

c. 2) dan 3)

d. 3) dan 4)

e. 3) dan 5)

SOSIOLOGI Kelas XI

74

25. Faktor utama yang mendorong golongan

miskin untuk melakukan mobilitas

sosial adalah . . . .

a. status sosial

b. keadaan ekonomi

c. keterbatasan dana

d. pendidikan rendah

e. mencari lapangan kerja

26. Mobilitas sosial vertikal antargenerasi

yang dapat menimbulkan konflik gene-

rasi antara lain . . . .

a. anak muda berhasil menjadi pelopor

pembangunan di desa

b. generasi muda mengambil alih

kepemimpinan generasi tua

c. seorang anak dari keluarga seder-

hana menjadi sarjana

d. anak pengrajin mengembangkan

usaha orang tuanya

e. anak pegawai rendahan bekerja

sebagai pramuniaga

27. Dalam masyarakat berkasta, wanita dari

kasta rendah dapat melakukan mobilitas

sosial melalui . . . .

a. pendidikan

b. kekayaan

c. upacara adat

d. keagamaan

e. perkawinan

28. Konsekuensi mobilitas sosial yang

berhubungan dengan pergantian pemim-

pin antara lain terjadinya . . . .

a. reorganisasi sosial

b. konflik antarkelas

c. konflik antarkelompok

d. konflik antargenerasi

e. penyesuaian kembali

29. Berikut yang

tidak

termasuk gambaran

konflik antarkelas sosial akibat keluar/

masuknya individu dalam kelas-kelas

sosial tertentu adalah . . . .

a. posisi Adi sebagai kepala bagian

baru membuat kikuk para kepala

bagian lain yang lama, karena Adi

mantan stafnya

b. warga menjadi sulit mengambil

sikap terhadap Rudi yang baru saja

dipecat dari kepolisian

c. para karyawan menjadi rikuh ter-

hadap Om Jon yang sebelumnya

menjadi atasan, yang dihormati

sekarang menjadi karyawan biasa

d. para karyawan bersikap biasa-biasa

saja kepada Joni atasannya, sebab

dulunya Joni juga karyawan biasa

seperti mereka

e. para sopir angkot merasa serbasalah

jika ingin bertemu Pak Tono yang

sekarang menjadi anggota dewan,

dahulunya Pak Tono bekerja sebagai

sopir angkot

30. Dahulu sebagian masyarakat di Banten

dan sekitarnya bermata pencaharian

sebagai petani, mereka sekarang mencari

kehidupan dari berbagai sektor. Hal ini

merupakan contoh konkret . . . .

a. mobilitas vertikal naik

b. mobilitas vertikal

c. mobilitas antarkelas

d. mobilitas intragenerasi

e. mobilitas antargenerasi

B.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Jelaskan pengertian struktur sosial

menurut Soerjono Soekanto!

2. Sebutkan klasifikasi ras menurut

A.L. Kroeber!

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan

stratifikasi sosial tertutup!

4. Jelaskan bilamana konsolidasi dapat

berlangsung!

5. Sebut dan jelaskan solusi tepat meng-

atasi konflik sosial!

6. Sebutkan bentuk-bentuk kekerasan!

7. Sebutkan sumber konflik antarsuku

menurut Koentjaraningrat!

8. Jelaskan hubungan antara mobilitas

vertikal dengan sistem stratifikasi

terbuka!

9. Jelaskan perbedaan antara

social

climbing

dengan

social sinking

!

10. Sebutkan faktor-faktor yang dapat

memengaruhi mobilitas sosial!